Bermain air basah,
bermain api hangus.
Kecamatan Tambora di Wilayah Jakarta
Barat memang bernasib kurang baik, karena di wilayahnya berturut-turut terjadi
kebakaran cukup besar seperti yang terjadi kemarin di daerah Pekojan. Kebakaran juga terjadi Perkampungan Karet, Jakarta Pusat. Akibat kebakaran itu adalah para korban sangat
menderita. Mereka stress dan sangat tertekan, terutama anak-anak dalam daerah
pengungsian. Pak Camat Adji dan seluruh jajaran kelurahan berusaha keras
membantu warga korban yang berkekurangan.
Mereka menyiapkan tenda-tenda, sumbangan indomie dan pakaian. Namun tidaklah bisa mencukupi kebutuhan korban
kebakaran.
Sejak akhir minggu, saya dan tim dari kantor memberikan bantuan indomie
dan aqua, yang disalurkan ke Karet dan Tambora. Kemarin sore para relawan
dari Lions Club Jakarta Tomang Sejati, Distrik 307 B-1, dalam rapat BOD di Waraku Gohan Mal Taman
Anggrek sepakat mengumpulkan dana untuk bantuan korban kebakaran di Tambora. Saya
menyempatkan diri untuk telepon Pak Camat Adji mengenai rencana ini. Beliau senang sekali dan nanti hari Jumat
akan diserahkan bantuan berupa alat-alat sekolah : tas, buku tulis, buku
gambar, pinsil, fulpen dan perlatan sekolah lainnya kepada Pak Camat.Buat
sahabat dan handai taulan yang berkeinginan membantu bisa langsung mengirim
bantuannya ke Kantor Camat Tambora.
Kebakaran memang mengakibatkan kerugian
materi, penderitaan batin, dan trauma berkepanjangan. Sungguh sangat disayangkan karena kecerobohan,
kelalaian, korsleting listrik mengakibatkan dampak kerugian yang sangat besar.
Termasuk
korban jiwa. Semuanya terjadi tanpa bisa
dicegah.
Dua tahun lalu di lokasi berjarak lebih kurang 500 meter dari rumahku di
Jalan Hadiah Jelambar, terjadi kebakaran dan seluruh penghuni rumah terbakar hangus
9 (sembilan) orang, yang terdiri dari dua
keluarga kakak- adik. Sang kakak mau
pindah rumah, lalu sang adik sekelurga dari Palembang mau berlibur sekaligus mau membantu
sang kakak pindah rumah keesokan harinya.
Namun naas nian. Subuh jam 4 pagi
terjadi kebakaran akibat meledaknya gas elpiji kompor. Kebakaran tidak bisa dihindari dan sembilan
orang tewas tanpa dapat kesempatan dari orang yang berniat menolong.
Sebulan yang lalu, ibu sahabat karibku harus meninggal karena terbakar,
saat memasak di dapur. Sang pembantu
membawa jerigen bensin lewat dapur dan kepleset jatuh. Bensin terlempar ke arah
kompor dan meledak. Sang ibu tidak
sempat menghindar dan meninggal dunia.
Kebakaran, antara nasib dan kecerobohan,
antara ketidaksengajaan dan ketaksiapan alat pemadam kebakaran. Peralatan listrik yang
jelek, kelalaian pada pemakaian kompor gas, dan puntung rokok yang dibuang
sembarangan bisa memicu kebakaran. Ada baiknya setiap rumah dipersiapkan dengan
alat pemadam CO2, seperti Yamato sehingga pertolongan pertama bisa dijalankan.
Seperti halnya kebakaran fisik, demikian
juga adanya kebakaran rohani. Kebakaran
jiwa dan kebakaran mental spiritual. Jiwa
bisa terbakar dari api kemarahan dan api kebencian. Api kebencian yang bisa merusak jiwa dan raga
sampai kematian. Kebakaran rohani bisa
ditimbulkan akibat salah pengertian tentang kerohanian seperti bentrok antara
agama atau bentrok antar umat satu kepercayaan. Kebakaran mental spritual bisa ditimbulkan
akibat api emosional, adu domba, ajaran sesat dan pengaruh roh jahat. Kebakaran rohani, paling sulit diatasi karena
melibatkan banyak orang dan bisa terjadi berkepanjangan. Bahkan bisa turun-temurun dan merambat sampai
keturunan.
Kita perlu persiapan untuk mencegah
kebakaran rohani. Ada istilah hati boleh
panas, tapi kepala harus dingin. Siraman
rohani yang sejuk, nasehat dan petuah dari para rohaniwan dan Gereja amat
berharga. Memang mental spiritual pun perlu diperkuat agar jangan mudah
terhasut. Apalagi dimasuki paham
sesat. Hal ini tentu saja perlu
pendekataan yang berhati-hati atau bisa meluas dan musnah terbakar habis.
Semoga Tuhan bisa memberikan Kasih
Karunia-Nya yang bisa memadamkan kebakaran jiwa, rohani dan mental spiritual
kita. Kita pun akan mendapatkan damai
sejahtera-Nya. Tuhan memberkati.
Salam dan doa
Adharta