Semalam aku mengalami serangan diare berat, sehabis makan
buah naga kuning (ini buah termahal) istri saya juga tidak ketinggalan, nah ada
temen nih sakit nya jadi terhibur juga, bahkan kita berdua bisa tertawa dan
becanda di saat sakit gara-gara buah naga kuning. Untungnya tidak
berkepanjangan karena jam 5 pagi, sehabis Doa pagi semua sakit mendadak hilang
semua, sampai aku menulis ini, semuanya sudah damai.
Kemarin dulu, Gereja Katolik sedunia mendeklarasi sebagai
hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-46 dengan tema “Keheningan dan Kata-kata :
Sebuah Jalan Evangelisasi”. Saya berdiskusi dengan beberapa teman, ada
pastor, suster bahkan kiai, apa maksud dan tujuan berkomunikasi? Saya bertolak
dari beberapa ayat di Alkitab yang ada hubungannya dengan komunikasi.
"Aku menyertai kamu sampai akhir zaman"
Seruan ini merupakan
komunikasi kekal dan sangat mengikat. Komunikasi
ini bukan saja tertulis/tersurat tapi juga tersirat dalam ikatan batin bagi
mereka yang percaya! Maksud dan tujuan komunikasi ini tidak lain untuk
mencapai suatu keadaan di mana baik jiwa (Roh) maupun raga (fisik) bisa
berdamai.
"Semoga Tuhan bersamamu" dijawab "Dan bersama ROHmu"
Ini komunikasi DAMAI
tingkat tinggi karena mengajak ROH ikut berkomunikasi. Dalam Misa penutupan
Novena Lingkungan Keluarga Kudus di Seminari SDB (Salesian Don Bosco),
Cikupa, yang dipimpin Romo Andre, SDB, saya menyampaikan sedikit khotbah
bahwa ada 4 macam komunikasi :
Pertama : Komunikasi kita dengan Tuhan kita, Allah Bapa di surga
melalui putra-Nya dan persekutuan Roh Kudus dan melalui perantaraan Bunda Maria
dan para Kudus, terjadi melalui doa dan persembahan. Kita berdamai dengan Tuhan
untuk menuju Sorga yang kekal, terutama jiwa-jiwa yang membutuhkan kerahiman
Allah.
Kedua : Komunikasi kita
dengan istri/suami/anak-anak keluarga, sahabat, teman bahkan orang
yang paling kita BENCI (kasihilah musuhmu) dan juga orang yang telah berpulang
(meninggal dunia) juga para malaikat dan santo pelindung kita (jangan lupa).
Dengan demikian maka Damai sejahtera, dan suka-cita akan menaungi kita dan
keluarga.
Ketiga : Komunikasi dengan diri kita sendiri. Damai dengan diri
sendiri susah sekali karena sebenarnya awal segala damai bersumber pada diri
kita sendiri bukan orang lain. Damai dengan diri sendiri melalui Misa Kudus,
menghadiri pesta perkawinan/misa, mengunjungi orang sakit dan orang
meninggal. Karena dengan kita melakukan hal tersebut, kita berdamai
dengan diri sendiri terutama mengunjungi orang meninggal, orang sakit dan orang
di penjara (Kita akan menutup mata dengan tenang dan damai).
Keempat : Komunikasi dengan lingkungan hidup (Environment
communication), ini hal yang paling sulit, pernah suatu hari seorang
sahabat saya bilang kalau pohon manggamu mau berbuah ajaklah dia berbicara,
saya pikir ini ide gila, tapi saking kepinginnya mangga saya berbuah, maka
setiap pagi sebelum ke kantor saya menyapa pohon mangga saya, dan menepuknya
seraya berkata "Ayo berbuah". Dan hasilnya luar biasa sudah 7
tahun berturut-turut Mangga saya berbuah 2 kali setahun dan jumlahnya ratusan
banyaknya. Manisnya luar biasa karena setiap pagi saya menyuruh pembantu
menyiram dan memberi pupuk. Dan pohon saya menjadi
sangat subur. Komunikasi dengan lingkungan sangat perlu! Mengapa?
Kita makan, minum, hidup
semua dari alam lingkungan. Coba berhentilah bernafas 1 menit saja? Pusing dan
berkunang-kunang. Alam kita menyediakan oksigen yang kita hirup,
mengapa kita tidak berkomunikasi dengan alam? Ikan di laut, burung di udara,
binatang di darat semua disediakan buat kita. Sampai saya mengusulkan ke
KWI nanti untuk mendklarasikan "Liturgi untuk Lingkungan hidup". demi
mencapai damai dengan lingkungan agar terhindar dari banyak bencana alam,
banjir, gempa bahkan tsunami.
Pagi ini aku sakit perut,
tapi damai dengan diriku buat suka cita besar dan penuh, aku bisa berjingkrak
kegirangan karena sakitnya tidak berkepanjangan, dan bisa sedikit merasakan
penderitaan orang lain.
Damai bersamamu
Damai bersamamu
Adharta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar