Rabu, 23 Mei 2012

Komunikasi Kontemplatif Harian

Salam damai sejahtera,

Semalam aku mengalami serangan diare berat, sehabis makan buah naga kuning (ini buah termahal) istri saya juga tidak ketinggalan, nah ada temen nih sakit nya jadi terhibur juga, bahkan kita berdua bisa tertawa dan becanda di saat sakit gara-gara buah naga kuning.  Untungnya tidak berkepanjangan karena jam 5 pagi, sehabis Doa pagi semua sakit mendadak hilang semua, sampai aku menulis ini, semuanya sudah damai.
Kemarin dulu, Gereja Katolik sedunia mendeklarasi sebagai hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-46 dengan tema “Keheningan dan Kata-kata : Sebuah Jalan Evangelisasi”.  Saya berdiskusi dengan beberapa teman, ada pastor, suster bahkan kiai, apa maksud dan tujuan berkomunikasi? Saya bertolak dari beberapa ayat di Alkitab yang ada hubungannya dengan komunikasi. 

"Aku menyertai kamu sampai akhir zaman"
Seruan ini merupakan komunikasi kekal dan sangat mengikat. Komunikasi ini bukan saja tertulis/tersurat tapi juga tersirat dalam ikatan batin bagi mereka yang percaya!  Maksud dan tujuan komunikasi ini tidak lain untuk mencapai suatu keadaan di mana baik jiwa (Roh) maupun raga (fisik) bisa berdamai.

"Semoga Tuhan bersamamu" dijawab "Dan bersama ROHmu"
Ini komunikasi DAMAI tingkat tinggi karena mengajak ROH ikut berkomunikasi. Dalam Misa penutupan Novena Lingkungan Keluarga Kudus di Seminari SDB (Salesian Don Bosco), Cikupa,  yang dipimpin Romo Andre, SDB, saya menyampaikan sedikit khotbah bahwa ada 4 macam komunikasi :
Pertama : Komunikasi kita dengan Tuhan kita, Allah Bapa di surga melalui putra-Nya dan persekutuan Roh Kudus dan melalui perantaraan Bunda Maria dan para Kudus, terjadi melalui doa dan persembahan. Kita berdamai dengan Tuhan untuk menuju Sorga yang kekal, terutama jiwa-jiwa yang membutuhkan kerahiman Allah.
Kedua : Komunikasi kita dengan istri/suami/anak-anak  keluarga, sahabat,  teman bahkan orang yang paling kita BENCI (kasihilah musuhmu) dan juga orang yang telah berpulang (meninggal dunia) juga para malaikat dan santo pelindung kita (jangan lupa). Dengan demikian maka Damai sejahtera, dan suka-cita akan menaungi kita dan keluarga.
Ketiga : Komunikasi dengan diri kita sendiri. Damai dengan diri sendiri susah sekali karena sebenarnya awal segala damai bersumber pada diri kita sendiri bukan orang lain. Damai dengan diri sendiri melalui Misa Kudus, menghadiri pesta perkawinan/misa, mengunjungi orang sakit dan orang meninggal.  Karena dengan kita melakukan hal tersebut, kita berdamai dengan diri sendiri terutama mengunjungi orang meninggal, orang sakit dan orang di penjara (Kita akan menutup mata dengan tenang dan damai). 
Keempat : Komunikasi dengan lingkungan hidup (Environment communication), ini hal yang paling sulit, pernah suatu hari seorang sahabat saya bilang kalau pohon manggamu mau berbuah ajaklah dia berbicara, saya pikir ini ide gila, tapi saking kepinginnya mangga saya berbuah, maka setiap pagi sebelum ke kantor saya menyapa pohon mangga saya, dan menepuknya seraya berkata "Ayo berbuah".  Dan hasilnya luar biasa sudah 7 tahun berturut-turut Mangga saya berbuah 2 kali setahun dan jumlahnya ratusan banyaknya.  Manisnya luar biasa karena setiap pagi saya menyuruh pembantu menyiram dan memberi pupuk. Dan pohon saya menjadi sangat subur. Komunikasi dengan lingkungan sangat perlu!  Mengapa?
Kita makan, minum, hidup semua dari alam lingkungan. Coba berhentilah bernafas 1 menit saja? Pusing dan berkunang-kunang.  Alam kita  menyediakan oksigen yang kita hirup, mengapa kita tidak berkomunikasi dengan alam? Ikan di laut, burung di udara, binatang di darat semua disediakan buat kita.  Sampai saya mengusulkan ke KWI nanti untuk mendklarasikan "Liturgi untuk Lingkungan hidup". demi mencapai damai dengan lingkungan agar terhindar dari banyak bencana alam, banjir, gempa bahkan tsunami.
Pagi ini aku sakit perut, tapi damai dengan diriku buat suka cita besar dan penuh, aku bisa berjingkrak kegirangan karena sakitnya tidak berkepanjangan, dan bisa sedikit merasakan penderitaan orang lain.

Damai bersamamu
Adharta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar