Salam
damai dan sejahtera menyambut fajar,
Tahun 2009 pada acara soft opening Hotel IMA di Kupang, acara
dibuka dengan misa kudus dipimpin oleh Romo Marcel, SVD. Kami sekeluarga semua
kumpul di Kupang, apalagi ayah saya masih hidup jadi bisa beranjangsana. Seluruh keluarga di Kota Kupang, Nusa
Tenggara Timur (saya lahir di Pulau Alor sebuah pulau kecil di utara Pulau
Timor)
Dalam khotbahnya Romo Marcel mengatakan bahwa setiap orang
yang membangun HOTEL adalah orang yang berjiwa sosial. Pak Freddy,
Pemilik Hotel IMA adalah adik lelaki saya paling kecil. Mengapa? Karena mendasari pemikiran seperti dialami
oleh Yusuf dan Maria. Saat tiba di Betlehem mereka keleleran karena tidak
ada hotel. Jadi, mereka yang membangun
hotel ingin agar orang yang dalam perjalanan bisa menikmati istirahat yang
baik, tinggal dengan tenang seperti rumah sendiri.
Saya pikir ada benarnya,
karena secara pribadi saya berulang kali mengalami tidak dapat hotel
menginap. Kadang harus mengemis tidur di
rumah orang atau share dengan siapa saja.
Demikian pula saya pernah mengalami kejadian tahun 1998. Saya mendarat di Jakarta dari Singapura
tanggal 14 Mei 1998 jam 1 siang. Saya tidak
bisa keluar dari Airport Soekarno-Hatta, tapi untung ada teman melalui ajudan
Gubernur DKI akhirnya saya dapat Gouvernor Suites di Hotel Quality di
airport. Untung sekali saya dapat kamar
yang sangat luas. Saya sendiri tidur,
tetapi ketika saya keluar hotel ribuan orang tidur di pelataran
tanpa alas. Sungguh sedih sekali. Ironisnya saya tidur di kamar begitu luas,
tapi di luar manusia seperti ikan bandeng di jemur. Di sana tidak ada kamar hotel lagi dan tidak
ada kendaraan bisa keluar dari airport karena hubungan dengan Jakarta terputus.
Juga tidak ada orang jual makanan sama
sekali. Mereka tahan lapar. Ada aksi sosial dari catering pesawat hanya
mengirim nasi putih dan telor rebus. Itu
pun sudah bersyukur buat mereka yang sudah seperti pengungsi di airport. Hampir
semua penerbangan stop lantaran arus penumpang berhenti total. Disini saya merasa betapa pentingnya nilai
sebuah kamar hotel.
Seorang sahabat saya
mengibaratkan hotel dengan Surga. Kalau kita tidak reservasi, maka kita mati bisa
tidak tahu tempatnya ke mana atau dimana kita akan menetap. Saya bilang di rumah bapa-Ku banyak tempat,
itu kata Yesus.
Hotel, sebuah tempat
persinggahan di mana kita pergi. Tentu
kita perlu siap siap untuk cari hotel. Sekarang ada internet mudah sekali masuk agoda.com atau booking.com atau rajakamar.com dengan mudah kita bisa reservasi.
Dalam kehidupan rohani,
hati kita ibarat hotel. Hati kita bisa
menjadi tempat penginapan untuk menolong hati-hati yang tidak ada tempat di mana
cinta diletakkan. Hati kita juga terbuka
untuk menolong kebutuhan istirahat bagi jiwa-jiwa yang penuh sesak tidak
bisa istirahat. Saya sungguh bersyukur
bisa melihat para pastor, suster dan biarawan-biarawati. Mereka ibarat hotel ribuan kamar. Di mana setiap masalah insan bisa menginap
tanpa bayar tetapi dilayani dengan penuh hati.
Siapa saja yang perlu tanpa pandang bulu kaya atau miskin, pria atau
wanita.
Oleh karena hotel yang
dibangun Tuhan ini kadang-kadang dihancurkan oleh egoisme, keserakahan, dan
posesif sehingga jiwa-jiwa yang ingin menginap tidak dapat kamar karena telah
diborong oleh seseorang.
Demikian juga mari kita
membangun hati kita seperti membuka hotel.
Bisa menolong orang-orang
yang kita cintai : istri, suami, orang tua, anak, dan cucu. Semua bisa menginap
dengan nyaman tanpa rasa was-was, curiga dan takut serta semua penuh
kenyamanan.
Mari membangun HOTEL Hati
buat cinta sesama.
Damai Tuhan bersamamu
Adharta
Saya baru sadar kalau hati kita adalah hotel, tempat menginapnya orang2 yang kita cintai, sungguh indah paradigma ini, tapi apakah ada tips khusus bagaimana membangun hotel yg indah dihati kita, dan bagaimana merawatnya? (dari JL)
BalasHapusLuar biasa pandangan dan islustrasi mengenai hotel hati, ini baru pertama kali saya dengar, apakah bapak menyadur, atau ada referensi khusus sehingga kami bisa belajar lebih dalam tentang membangun hotel hati ini, terima kasih. (dari KM)
BalasHapusSuatu perumpamaan yang sungguh bagus, tapi ingin saya tanyakan, adakah saran pencegahan agar hotel ini tidak di rusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab? (dari SS)
BalasHapusWah, ini baru benar2 Sarapan Rohani dan saya puas sekali, saya ingin sekali mendalami dan belajar, mohon petunjuk. (dari BK)
BalasHapusKhusus mengenai yang merusak hotel hati, bagaaimana cara melindunginya? (dari SB)
BalasHapusSaya sangat tertarik istilah Hotel, dibandingkan dengan Losmen, Wisma atau barak, kalau hotel pasti yang berbintang dan penuh fasilitas, balasan email kesaya sungguh buat saya senang sekali, fasilitas apa saja? (dari FF)
BalasHapusMotivasi luar Biasa, saya sendiri merasa malu sekali karena tidak tahu atau pura2 tidak tahu bahwa banyak tamu di hati saya butuh penginapan, terima kasih bapakku anda sungguh luar biasa. Saya hanya ingin Sharing pengalaman saja, tapi kalau. Boleh mohon saran apakah hotel exclussive atau open public ? Terima kasih. (dari SD)
BalasHapusIndah dan sungguh memberikan keteguhan hati kami sekeluarga, dan kami. Akan membangun hati kami seperti hotel bintang lima, bagaimana pendapat Pastor? (dari JJ)
BalasHapusSuatu pandangan yang luar biasa, saya baru sadar kalau di hati saya banyak penghuninya, dan selama ini saya cuma anggap biasa saja jadi tidak ada pelayanan khusus, bagaimana saya bisa mulai melayani? (dari MD)
BalasHapusPastor, saya selama ini tidak tahu kalau ada buka hotel sehingga saya bisa mampir dan menginap, apakah perlu reservasi dulu ? Maaf ya Pastor tulisan pak Adharta mengganggu dan membuat hati saya terus bergejolak! (dari YO)
BalasHapussangat inspiratif sekali tulisan ini.
BalasHapusHotel emang tempat yg cocok untuk beristirahat..., apalgi kita bepergian ke luar kota atau ke luar negeri, dari sudut pandang cerita tentang Hotel ini sungguh menarik, di mana Hotel juga sudah menjadi kebutuhan masyarakat siapa saja yg membutuhkan, bayangkan kalo tidak ada hotel..., di mana kita akan beristirahat??
BalasHapus