Rabu, 08 Agustus 2012

Kebakaran


Bermain air basah, bermain api hangus.

Kecamatan Tambora di Wilayah Jakarta Barat memang bernasib kurang baik, karena di wilayahnya berturut-turut terjadi kebakaran cukup besar seperti yang terjadi kemarin di daerah Pekojan.  Kebakaran juga terjadi  Perkampungan Karet, Jakarta Pusat.  Akibat kebakaran itu adalah para korban sangat menderita. Mereka stress dan sangat tertekan, terutama anak-anak dalam daerah pengungsian. Pak Camat Adji dan seluruh jajaran kelurahan berusaha keras membantu warga korban yang  berkekurangan.  Mereka menyiapkan tenda-tenda, sumbangan indomie dan pakaian.  Namun tidaklah bisa mencukupi kebutuhan korban kebakaran.
Sejak akhir minggu, saya dan tim dari kantor memberikan bantuan indomie dan aqua,  yang disalurkan ke Karet dan Tambora. Kemarin sore para relawan dari Lions Club Jakarta Tomang Sejati, Distrik 307 B-1,  dalam rapat BOD di Waraku Gohan Mal Taman Anggrek sepakat mengumpulkan dana untuk bantuan korban kebakaran di Tambora. Saya menyempatkan diri untuk telepon Pak Camat Adji mengenai rencana ini.  Beliau senang sekali dan nanti hari Jumat akan diserahkan bantuan berupa alat-alat sekolah : tas, buku tulis, buku gambar, pinsil, fulpen dan perlatan sekolah lainnya kepada Pak Camat.Buat sahabat dan handai taulan yang berkeinginan membantu bisa langsung mengirim bantuannya ke Kantor Camat Tambora.
Kebakaran memang mengakibatkan kerugian materi, penderitaan batin, dan trauma berkepanjangan. Sungguh sangat disayangkan karena kecerobohan, kelalaian, korsleting listrik mengakibatkan dampak kerugian yang sangat besar. Termasuk korban jiwa.  Semuanya terjadi tanpa bisa dicegah.
Dua tahun lalu di lokasi berjarak lebih kurang 500 meter dari rumahku di Jalan Hadiah Jelambar, terjadi kebakaran dan seluruh penghuni rumah terbakar hangus 9 (sembilan) orang, yang  terdiri dari dua keluarga kakak- adik.  Sang kakak mau pindah rumah, lalu sang adik sekelurga dari Palembang mau berlibur sekaligus mau membantu sang kakak pindah rumah keesokan harinya.  Namun naas nian.  Subuh jam 4 pagi terjadi kebakaran akibat meledaknya gas elpiji kompor.  Kebakaran tidak bisa dihindari dan sembilan orang tewas tanpa dapat kesempatan dari orang yang berniat menolong.
Sebulan yang lalu, ibu sahabat karibku harus meninggal karena terbakar, saat memasak di dapur.  Sang pembantu membawa jerigen bensin lewat dapur dan kepleset jatuh.  Bensin terlempar ke arah kompor dan meledak.  Sang ibu tidak sempat menghindar dan meninggal dunia.
Kebakaran, antara nasib dan kecerobohan, antara ketidaksengajaan dan ketaksiapan  alat pemadam kebakaran. Peralatan listrik yang jelek, kelalaian pada pemakaian kompor gas, dan puntung rokok yang dibuang sembarangan bisa memicu kebakaran. Ada baiknya setiap rumah dipersiapkan dengan alat pemadam CO2, seperti Yamato sehingga pertolongan pertama bisa dijalankan.
Seperti halnya kebakaran fisik, demikian juga adanya kebakaran rohani.  Kebakaran jiwa dan kebakaran mental spiritual.  Jiwa bisa terbakar dari api kemarahan dan api kebencian.  Api kebencian yang bisa merusak jiwa dan raga sampai kematian.  Kebakaran rohani bisa ditimbulkan akibat salah pengertian tentang kerohanian seperti bentrok antara agama atau bentrok antar umat satu kepercayaan.  Kebakaran mental spritual bisa ditimbulkan akibat api emosional, adu domba, ajaran sesat dan pengaruh roh jahat.  Kebakaran rohani, paling sulit diatasi karena melibatkan banyak orang dan bisa terjadi berkepanjangan.  Bahkan bisa turun-temurun dan merambat sampai keturunan.
Kita perlu persiapan untuk mencegah kebakaran rohani.  Ada istilah hati boleh panas, tapi kepala harus dingin.  Siraman rohani yang sejuk, nasehat dan petuah dari para rohaniwan dan Gereja amat berharga. Memang mental spiritual pun perlu diperkuat agar jangan mudah terhasut.  Apalagi dimasuki paham sesat.  Hal ini tentu saja perlu pendekataan yang berhati-hati atau bisa meluas dan musnah terbakar habis.
Semoga Tuhan bisa memberikan Kasih Karunia-Nya yang bisa memadamkan kebakaran jiwa, rohani dan mental spiritual kita. Kita pun akan mendapatkan  damai sejahtera-Nya. Tuhan memberkati.

Salam dan doa
Adharta

2 komentar:

  1. Namanya Musibah, entah krn kecerobohan manusia atau emang nasib, tidak ada yang tau??, maka itu kita tetap dekatkan diri pada yg maha kuasa agar kita bisa terhindar dari musibah atau mara bahaya yang menimpa kita

    BalasHapus
  2. Kebakaran emang tidak bisa dihindari.
    kita tidak tahu kapan bisa terjadi, jika nasib sial, listrik bisa saja konslet lalu terbakar, atau karena kelalaian kita sendiri, seperti kompor meledak karena kita lupa mematikan kompor atau sebagainya

    BalasHapus