Senin, 06 Agustus 2012

Ikan

Pergilah memancing, ambillah ikan pertama, bukalah mulutnya dan ambil uangnya.

Salam suka cita,
Hari sudah menjelang malam, kami berdelapan memancing ikan.  Kami bersama Duta Besar Korea dan Konsul Jendralnya. Ada juga Wakil Ketua BKPM dan dua sahabat Jepang dari Mitshubishi Corporation. Ikan yang dipancing dapatnya lumayan lebih kurang 50kg.  Lalu, pawang ikan bilang di depan ada pulau kosong apakah mau kita mampir bakar ikan makan malam, tapi tidak ada nasi.  Kita sepakat mau bakar ikan di sebuah pulau kosong di seberang Teluk Naga.
Sebelum menuju ke pulau tersebut sang pawang menawarkan apakah ada yang mau cumi-cumi?  Orang Korea berteriak kegirangan karena justru itu yang ditunggu-tunggu.  Luar biasa sang pawang ini.  Dia tahu persis di mana letak cumi-cumi bersembunyi.   Dalam waktu kurang 10 menit kita dapat 20 ekor cumi-cumi yang  rata-rata 600-800 gram.  Orang-orang Korea dan Jepang ini tidak tunggu sampai di pulau.  Mereka melahap cumi-cumi segar itu dengan girang. Katanya nikmat luar biasa. Aku sendiri cuma membisu memandang mereka makan cumi-cumi mentah dan hidup-hidup.
Ikan, memang menjadi bagian rencana Tuhan untuk menyenangkan anak-anaknya sekaligus sebagai bagian dari program penyelamatan manusia untuk makan demi bertahan hidup. Ikan juga bisa menjadi  obat-obatan, vitamin, dan minyak ikan.  Sama halnya dengan hewan di darat dan udara dan burung.  Tetapi, kan memiliki ciri khas sendiri.  Oleh karena itu, Yesus berani mengatakan ambillah uang dari mulut ikan.  Kata-kata ini sangat sederhana dan berjuta-juta bahkan bermilyard dolar uang keluar dari mulut ikan untuk kesejahteraan manusia.
Orang Jawa kalau bilang lauk pauk itu ikan atau iwak.  Jadi kalau tanya makan apa? Itu ikannya apa? Atau iwake opo? Sedemikian generik dan kedekatan hidup dengan ikan, berjuta manusia semua bisa hidup karena ikan.
Kalau kita lihat dengan mata hati, ikan itu ibarat Firman Tuhan, sebetulnya tersebar di mana-mana dan semua hidup dan menghidupkan.
Ini kisah kapten kapal aku, namanya Benhur.  Sejak masih kadet sampai jadi kapten saya tidak suka bahkan benci makan ikan, karena sayu-sayuran telor dan daging lebih enak, seperti kebiasaan ABK, baik Kristen atau Islam.  Di atas kapal-kapal kami, mereka setiap magrib selalu kumpul.  Di atas kapal itu mereka sharing dan bercerita.  Ada yang main gitar dan berdendang penuh suka cita.  Di tengah laut hiburannya hanya suara ombak, angin dan sinar bulan bintang.
Tetapi suatu malam ada ide untuk main game.  Siapa kalah harus menghabiskan ikan 1 ekor.  Di atas kapal tidak pernah kehabisan ikan.  Benhur kalah 3 kali dan harus paksa makan ikan goreng dan bakar, mau muntah rasanya.  Tapi hari berlalu, rasa ikan memaksanya untuk mencoba dan mencoba.  Akhirnya Benhur menjadi penggemar ikan.
Pengalaman iman, memberitahu kita bahwa Tuhan tidak memberikan kita sesuatu secara instan tetapi harus berulang-ulang kadang muak, kadang kangen, kadang suka, kadang tidak suka, tetapi lama-lama semuanya jadi indah.
Kalau kita bicara soal ikan, maka kita akan bicarakan 3 hal utama kehidupan.  Pertama, komunitas.  Ikan hidup dalam suatu komunitas, bergerombol dan penuh suka cita.  Kedua, keluarga.   Ikan membentuk keluarga, jenis dan bentuk besaran, mereka berkembang biak secara besar-besaran, berlomba untuk memberi makan manusia. Walau ditangkap dan dikonsumsi besar-besaranan, ikan tidak kenal habis, tapi ada kemungkinan punah karena polusi.  Ketiga, lingkungan hidup.  Penyelamat (survive) dan saling bantu membantu.  Itu kisah sendiri dari ikan paus (beberapa hari ada yang terdampar seberat 30 ton lebih) dan penuh kasih.   Kisah ikan duyung dalam cintanya banyak ditulis.
Komunitas, Keluarga dan Cinta bisa menginspirasi kehidupan manusia yang kurang bisa melihat dengan hati sehingga kehidupan banyak didasari egocentris dan materialistis.
Terima kasih Tuhan, begitu besar Kasih-Mu pada kami dengan memberikan ikan-ikan hidup dan ikan-ikan santapan rohani.  Tuhan memberkati.

Salam dan doa
Adharta

Catatan : Kepala ikan paling enak di Sunter (Medan Baru) boleh coba !!

7 komentar:

  1. Belajar pada ikan,memang benar dalam kehidupan sudah seharusnya hidup berkelompok dengan penuh sukacita karena tidak ada manusia yg bisa hidup sendiri dan juga seperti ikan yang walau ditangkap dan dikonsumsi mereka tetap berkembang biak secara besar-besaran sama halnya kita sebagai berkat menyalurkan berkat kepada orang lain tidak akan kenal habis karena sebanyak apa kita memberkati orang sebanyak itulah Tuhan akan memberkati kita berlipat kali ganda.

    BalasHapus
  2. Mendengar kalimat memancing jadi kepikiran, Hidup itu seperti memancing.

    Kalau kita sabar dan ulet, kita akan mendapatkan ikan dengan mudah serta kita pun puas dengan jerih payah kesabaran kita. Sedangkan jikalau kita memancing dengan ketidak sabaran dan emosi, yang kita dapatkan kail yang putus dan kehampaan dari ketidak sabaran di tambah emosi karena tidak dapat apa-apa.

    Maka hidup itu dijalankan dengan sabar dan ulet. Maka yang di terima adalah kebahagiaan dan kepuasan atas jerih payah ini.

    BalasHapus
  3. Membaca artikel ini teringat ayah sayan yg sangat hobi memancing ikan, beliau pasti setiap minggu pergi untuk memancing. Kadang dapat ikan, kadang tidak. Namun tetap sabar dan selalu penasaran untuk terus memancing. Dengan membaca artikel ini, saya mengerti betapa berharganya seekor ikan yang dapat di jadikan sebagai pelajaran untuk kehidupan kita.
    Dan untuk mendapatkan sesuatu yg berharga itu butuh kesabaran dalam prosesnya.

    BalasHapus
  4. mengutip tulisan bapak ini "Pengalaman iman, memberitahu kita bahwa Tuhan tidak memberikan kita sesuatu secara instan tetapi harus berulang-ulang kadang muak, kadang kangen, kadang suka, kadang tidak suka, tetapi lama-lama semuanya jadi indah.", memang akan terasa sangat indah sekali apabila kita bisa mendapatkan sesuatu karena usaha-usaha dan kesabaran kita mencoba di bandingkan dengan instant mendapatkannya.

    BalasHapus
  5. Merasakan susah nya mencari ikan dilaut memang sangat pantas untuk dijadikan pedoman dalam kehidupan,dimana mengartikan untuk mendapatkan suatu hasil dibutuhkan usaha,kesabaran,ketekunan dan tekat yakin bahwa pancingan akan membuahkan hasil. Maka dengan menyadari hal sedemikian rupa cobalah menjalanin hidup dengan penuh ketekunan dan kesabaran agar mendapatkan hasil maximal.

    BalasHapus
  6. ikan, binatang yang diciptakan tuhan (untuk dimakan)dengan banyak vitamin, hampir tidak ada penyakit yg ditularkan oleh ikan.

    BalasHapus
  7. sebenarnya saya tidak suka Ikan, malah kalau dipaksa makan Ikan, saya tetap tidak mau, kecuali kalo makan Sushi, itu justru saya suka... tapi dari artikel yang saya baca diatas..., Ikan emang sudah erat dengan manusia sebagai kebutuhan konsumsi , karena Ikan emang banyak manfaatnya untuk manusia, mencari Ikan di laut emang butuh tantangan yang berat, saya sudah pernah baca blog yang sangat menarik, tentang rumitnya menangkap Ikan atau memancing Ikan,
    http://matakumatamu.multiply.com/journal/item/131
    itu Link, artiket blognya sangat menarik sekali, di mana para nelayan dengan penuh resiko untuk menangkap Ikan saja.

    BalasHapus