Jumat, 22 Juni 2012

Bencilah Aku dalam Cintamu


Ada sebuah novel yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kisahnya tentang sepasang kekasih yang saling mencintai tetapi tidak sampai ke perkawinan, karena mereka juga saling membenci.  Apapun yang diperbuat masing-masing pihak selalu dianggap menghina, melecehkan, menyakitkan, dan bahkan merusak, sekalipun niatnya baik. Di sisi lain, mereka saling merindukan, dan saling menyayangi. Di akhir cerita, mereka terus bertengkar dan berpisah, dan kata sang gadis "bencilah aku, marahlah aku, cacilah aku sepuas-puasmu, tapi lakukanlah ini dalam cintamu!"
Hari ini ternyata aku bisa melihat, bahwa banyak kejadian perpisahan sepasang kekasih, perceraian suami-istri, dan berakhirnya persahabatan bukan karena benci dan tidak cinta tetapi adanya distorsi komunikasi.
Kadang kala kita menjumpai seseorang di manakita sudah suka sekali. Sebaliknya kerap kita juga berjumpa seseorang tapi kita langsung ada resistensi untuk menyukainya. Kata orang Cina ini namanya "Ciong".  Atau menurut sahabat baikku, katanya, mungkin di kehidupan sebelumnya sudah musuhan, jadi waktu re-inkarnasi terjadilah kebencian.
Hari ini aku harus bertekuk lutut memohon kepada Tuhan agar aku menjadi sabar, jangan marah, santai, relax, tapi bagaimana? Seorang kepercayaanku di kantor, harus meninggalkan kantor dan merusak tatanan, dan aturan main perusahaan. Semua perasaan marah,  benci, kesel, sebel, dan dongkol bercampur jadi satu kayak gado-gado!!! Mau ditumplek ke mana? Mau menyalahkan diri sendiri, orang lain atau siapa saja, tapi teringat kisah novel itu.  Kita boleh membenci siapa saja, marah siapa saja, tapi lakukanlah ini dalam cinta, terutama Cinta Kasih Tuhan.
Ada sahabat bilang saya aneh, masak mau marah saja harus atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus Amin.  Tapi sore tadi beliau telepon katanya istrinya lagi marah besar sekali karena waktu ulang tahun dia lupa mengucapkan selamat ulang tahun, terus piring mangkok dibanting sehingaa pecah semua. Lalu, dia tanya bagaimana ngomongnya sama istrinya supaya pakai atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Saya tertawa terpingkal-pingkal sampai keluar air mata, aku bilang kamu baru menyaksikan CINTA yang luar biasa besarnya, tapi jangan pakai atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus. Lebih baik pergi mampir di toko berlian lalu beli cincin saja atau kalung beres semua! Dia tertawa! Saya pun tertawa. Kami berdua melupakan sedikit kemarahan masing masing.
Kalau aku maunya cari makanan enak-enak saja sebagai obat pelipur lara!

Bencilah aku dalam cintamu!
Adharta

2 komentar:

  1. setuju pak banyak pernikahan gagal karena perbedaan bahasa cinta(ada orang yg sudah merasa dicintai jika seorang hadir,ada yang merasa dicintai setelah seorang melakukan sesuatu untuknya,ada yang merasa dicintai setelah seorang memberi sesuatu kepadanya)
    dan kita harus mengerti hal ini agar menghindari benturan yang menyakitkan.

    BalasHapus
  2. sedikit lucu membaca artikel ini, saat membaca kalimat "bencilah dengan cinta" hal ini merupakan hal yang mungkin awalnya terkesan tidak mungkin, karena bagaimana kita membenci tapi sekaligus mencintai?
    tapi memang banyak terjadi perselisihan atau cekcok dalam suatu hubungan entah pasangan hidup, partner atau orang tua. tetapi bukannya dengan masalah2 tersebut kita jadi mengenal siapa aslinya orang orang yang ada di sekitar kita? dengan terjadinya hal itu kita jadi tahu bagaimana harus bersikap dan terus memperbaiki diri agara menjadi pribadi terbaik bagi orang lain dan kita sendiri

    BalasHapus