Selasa, 12 Juni 2012

PURGATORY


Salam dan doa membuka pagi yang indah

Menyaksikan acara televisi Indonesian Lawyer Clubs, minggu malam dalam siaran ulangan, yang dipandu oleh Bung Karny Illyas, saya terkesan pada akhir acara saat pemandu acara mengutip ucapan Presiden Soekarno di tahun 1959, bahwa Negara Kita sedang berada dalam api pencucian, Purgatory to Paradise.
Saya sempat tertegun beberapa detik karena kata Purgatory (Api pencucian) hanya di kenal oleh Dogma atau doktrin Katolik.  Minggu siang lalu sehabis menonton Film Mgr. Soegiyopranoto, teman saya di Amerika kirim BBM, menanyakan apakah bisa dikirimin DVD Film Soegija. Alasannya bahwa di US belum bisa beli VCD, hanya bisa dapat cuplikannya lewat Youtube.  Kalau bisa beli di Glodok yang murah meriah. Saya bilang kalau beli di Glodok kan bajakan. Film lain boleh beli di Glodok, kecuali Film Soegija karena untuk gereja harus original supaya tidak dosa. Lalu, teman saya jawab bahwa itu gampang karena ntar ngaku dosa ajah, terus kan kelak ada api pencucian jadi bisa diampuni (wah gawat neh)
Akhir Maret lalu, kami membuat misa peringatan arwah ayahanda saya yang meninggal di usia 94 tahun lalu.  Misa dipimpin oleh Romo Tondo dan Romo Pikor. Dalam khotbahnya Romo Tondo mengatakan sebagai berikut : "Kalau orang sudah meninggal. kalau masuk surga maka tidak perlu didoakan lagi.  Kalau masuk neraka apa lagi, didoakan bagaimana pun juga tetap di neraka, mustahil pindah ke surga. Lalu untuk apa kita berdoa untuk orang meninggal?” tantangnya. Dan masih panjang khotbahnya tentang purgatory atau api pencucian.
Menarik sekali hari ini yang cerah kita berbincang tentang api pencucian. Walaupun menurut beberapa orang masih jauh dari kematian, tetapi Yesus mengingatkan kita agar terus berjaga-jaga, oleh karena itu tidak ada salahnya kita berbicara tentang api pencucian.  Apalagi kalau para romo bisa atau mau juga memberikan pencerahan karena literatur tentangnya sangat minim sekali kita peroleh. Mari kita lihat sebentar encyclopedia.
Kata "api pencucian atau Purgatory", berasal melalui Anglo-Norman dan Old Prancis dari purgatorium pada kata Latin, merujuk juga untuk berbagai konsep historis dan modern postmortem berarti  menderita singkat atau  kutukan yang tidak kekal, dalam arti tidak spesifik, berarti tempat atau kondisi penderitaan atau siksaan, terutama yang bersifat sementara pada saat kematian .
Dalam doktrin Katolik kita melihat jelas hubungan antara orang meninggal, dan rohnya akan melalui api pencucian, sebelum sampai ke surga, kepercayaan ini tentu saja sangat menguatkan kita bahwa kita memiliki 3 kesempatan masuk surga.  Pertama, kita mati langsung masuk surga karena perbuatan baik kita.  Kedua, kita mati masuk api pencucian (pasti) masuk surga.  Ketiga, kita mati membela kebenaran (jaminan untuk para martir ).  Atau pilihan lain masuk neraka ?
Melihat tulisan awal, saya sangat tertarik sekali untuk menulis, menurut saya api pencucian juga berada di dunia orang hidup, di mana kita bisa mencuci dosa-dosa kita.  Bukan saja melalui ruang pengakuan, tetapi juga merobah semua sikap kehidupan kita, pada awalnya kita akan menderita saat  kita meninggalkan hal-hal duniawi atau dosa-dosa manusia -- ingat 7 dosa mematikan manusia (siksaan api), tetapi jika kita bisa melaluinya maka suka cita besar akan menanti. 
Untuk menjadi orang baik dan orang suci tidak harus menjadi pastor atau suster, tetapi cukup melalui api pencucian dulu, tinggal kita sanggup  atau tidak melewati kawah candradimuka itu.  Hal yang sangat sulit buat kita manusia, dengan kelemahan daging yang kita miliki, tetapi paling tidak ini menjadi signal atau rambu-rambu buat kehidupan kita.
Akan menjadi sungguh indah kalau tulisan ini bisa dilengkapi romo, suster, frater karena buat umat awam seperti saya ini sungguh menginginkan, rindu akan pencerahan dari para romo karena kita cuma bisa baca saja.  Alkitab pun kita jarang buka, kiranya ini jadi awal kita mengenal Api Pencucian atau PURGATORY.
Salam damai sejahtera, cinta kasih Tuhan dan Roh Kudus mendampingi istirahat malam kita, sampai besok fajar pagi membuka tirai kegelapan malam.

Doaku mengiringi
Adharta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar