Senin, 18 Juni 2012

Kaki Lima


Tuhan beserta kita semua
Saya menyusuri jalan Muwardi I sepanjang jalan terlihat orang jualan di pinggir jalan. Saya sempat berhenti untuk makan Pecel Madiun.  Setelah makan selesai minum baru terpikir tentang kebersihan.  Apa mau dikata makanan sudah masuk dan mudah-mudahan tidak sakit perut saja.  Inilah penjual "kaki lima".   Saya tidak mengerti dari mana asal kaki lima, tapi di Amerika sana ada istilah "five foot".  Penjual di atas trotoir yang lebarnya 5 kaki atau 1,5 meter saja dan biasanya di atas trotoir.  Tapi, jangan pandang enteng.  Martabak Holland di Surabaya, memiliki 17 outlet dengan omset 15 jutaan per hari!!! Per outlet.
Apa untung rugi Pedagang Kaki Lima (PKL)?  Pertama investasinya tidak besar, tenaga tidak banyak, tetapi proporsi untung cukup besar, tetapi di balik itu kita bisa melihat kehidupan rohaninya.   Sungguh luar biasa karena PKL ini melayani orang kecil, memberikan subsidi besar untuk mahasiswa dan memberikan  peluang tenaga kerja.
Berbeda dengan perusahaan besar.  Pada umumnya hanya memikirkan keuntungan saja tanpa melihat kiri-kanan.  Bagaimana membantu rakyat kecil, orang miskin, mahasiswa, pelajar dlsb.
Sadar atau tidak sadar, PKL telah memberikan sumbangsih besar terhadap pembangunan bangsa dan negara.  Coba tanya seluruh Alumni Trisakti (kampus.
Barat) pasti kenal dengan Aneka Racun atau lokasi PKL jual makanan macam-macam. Mengapa disebut begitu karena memang kotor dan tidak higienis tapi telah menghasilkan ribuan insinyur, drs, dokter bahkan profesor.
Kehidupan kita sehari-hari juga banyak berpikir tentang investasi di akhir hidup kita. Peran kehidupan PKL tentu memberikan inspirasi besar dalam menjalankan visi dan misinya, terutama membantu orang kecil, miskin dan kurang mampu namun bisa menikmati makanan, minuman, pakaian dan peralatan dan sumber suka cita besar bisa dilihat di wajah mereka.
Buat Lingkungan Keluarga Kudus yang dikenal sebagai Lingkungan Pemulung karena dua tahun sekali membuat Basar Ramadan menjual barang bekas layak pakai. Dengan harga Rp. 100,- sampai Rp. 10,000.-, namun kegiatannya membuat pak Lurah, pak Camat, pak Walikota sampai Gubernur harus angkat topi, termasuk Romo Kardinal Julius yang pernah sempat mampir mengunjungi basar ini.
Option for the poor.  Istilah yang sering digaungkan namun susah dijalankan, bagaimana misi kita? Sekolah mahal, buku dan peralatan mahal, apa lagi? Kalau saja terpikir sekolah murah ada asrama buat anak-anak tidak mampu dan bantuan buat masyarakat miskin dengan subsidi!!! Siapa yang mau berpikir seperti Pedagang Kaki Lima !!! ... Mari !!!

Salam dan doa
Adharta

7 komentar:

  1. menanggapi tulisan yang anda sampaikan, ya memang benar adanya bahwa PKL itu dihujat sekaligus dipuja, akan tetapi jika dikatakan bahwa pkl itu melayani orang kecil dan memberikan subsidi besar untuk orang2 saya rasa itu tidak sepenuhnya benar, mengingat akhir2 ini penuh berita mengenai perilaku curang para pkl. jadi dapat dikatakan beberapa dari mereka juga hanya memikirkan keuntungan saja, tapi saya yakin sebagian besar dari pkl masih memiliki kejujuran dan sesuai dengan apa yang anda tulis.

    BalasHapus
  2. menanggapi tulisan yang anda sampaikan, ya memang benar adanya bahwa PKL itu dihujat sekaligus dipuja, akan tetapi jika dikatakan bahwa pkl itu melayani orang kecil dan memberikan subsidi besar untuk orang2 saya rasa itu tidak sepenuhnya benar, mengingat akhir2 ini penuh berita mengenai perilaku curang para pkl. jadi dapat dikatakan beberapa dari mereka juga hanya memikirkan keuntungan saja, tapi saya yakin sebagian besar dari pkl masih memiliki kejujuran dan sesuai dengan apa yang anda tulis.

    BalasHapus
  3. wah bapak hebat dalam mengamati sisi baik dari sesuatu,saya tidak pernah berpikir PKL memberikan sumbangsih besar terhadap pembangunan bangsa dan negara tapi membaca tulisan anda saya jadi tahu bahwa mereka juga sangat membantu negara ini.

    BalasHapus
  4. memang benar sekali pedagang kaki lima memberikan sumbangan terhadapap pembangunan, kalau itu di liat sisi dari sumbangan terhadapa bangsa dan negara, tetapi pedagang kaki lima juga ada sisi buruk nya, dilihat dari sisi kita sebagai pejalan kaki di trotoar, kita pasti akan merasa terganggu karena hampir semua tempat untuk kita jalan dipakai untuk jualan. sekian tanggapan saya.

    BalasHapus
  5. PKL sama seperti kita, mencari nafkah. Hidup mereka tidak menentu, bila ada rejeki, dagangan laku habis terjual. Bila belum rejekinya, dagangan tidak habis terjual. Namun yang namanya orang iri dengan hasil orang lain, maka tidak jarang pemerintah mengadakan operasi pembersihan PKL, semua lapak-lapak dari PKL digusur oleh satpol PP tanpa belas kasihan. Memang mereka yang digusur ada alasannya, yaitu mengganggu lalu lintas karena berjualan di pinggir jalan, tetapi bila diberi waktu untuk pindah, mereka pasti bisa pindah ke tempat yang tidak mengganggu lalu lintas. Semoga nasib kehidupan para PKL bisa dilihat lebih baik oleh pemerintah.

    BalasHapus
  6. hahaha, bisa pak bisa pedagang kaki lima membeikan sumbangan terhadap pembangunan, tapi kalau yg dagang nya di trotoar jalan gimana pak?? memberikan sumbangan apa??

    BalasHapus
  7. PKL itu dihujat sekaligus dipuja,tetapi jika dikatakan bahwa pkl itu melayani orang kecil dan memberikan subsidi besar untuk orang2 saya rasa itu tidak sepenuhnya benar, mengingat akhir2 ini penuh berita mengenai perilaku curang para pkl.

    BalasHapus