Sabtu, 23 Juni 2012

Janji itu Sakral


Salam damai sejahtera
Siang ini saya akan mengikuti Misa Perkawinan Adam, keponakan saya, di Gereja Santo Matias di Cinere. Rencananya Misa konselebrasi 3 Uskup dan 5 pastor, termasuk Pastor Yance Mangkey, MSC. 
Sebenarnya di dalam kehidupan kita, hampir setiap hari kita tidak terlepas dari "Janji".   Mulai dari bangun pagi hari sampai kita tidur kembali.   Tinggal kita pilah-pilah janji kepada siapa. Sakramen Perkawinan pun sebenarnya tidak lain tidak bukan adalah janji, walau mendekati Sumpah karena melibatkan Umat, Pastor dan Tuhan sendiri melalui Kitab Suci.  Janji itu sakral adanya!  sekecil apapun janji itu nilainya tinggi sekali, ada yang menyebut janji itu hutang, kalau hutang artinya harus dibayar kecuali ngemplang atau lari atau kalau kebanyakan hutang bisa bunuh diri.  Seperti pekan lalu seorang penjudi, kalah dan banyak hutang lalu meloncat dari lantai 56 Marina Bay Sands, Singapura. Janji memang menjanjikan baik dalam pengharapan baik atau buruk.  Sakramen Perkawinan menjadi sakral dan indah karena pengharapan, tapi banyak perkawinan gagal karena lupa janji : “Dalam suka dan duka, dalam untung dan malang".   Kenyataannya semua jungkir-balik jika janji tidak dipenuhi. Saya mencoba membagi janji dalam 4 (empat) level menurut urut-urutan kehidupan manusia,
PERTAMA, Janji Iman. Janji ini dikeluarkan tanpa harus ada ikatan, hanya diri sendiri yang tahu, dengan iman yang dipercayanya. Misalnya janji akan berbuat baik, janji akan selalu ke gereja, janji membahagiakan diri atau keluarga, janji mau nyumbang gereja, janji mau jaga para klerus!
KEDUA, Janji Persona. Janji ini dipakai manusia untuk membuat dirinya berbeda dengan makhluk lain.   Persona punya arti mirip topeng yang tampil beda. Janji antar teman, janji bisnis, janji kunjungan, janji kampanye, janji keluarga.  Kalau terlalu banyak akan disebut obral janji semua dikeluarkan agar supaya manusia terlihat baik.  Adanya setiap janji persona membuat kehidupan manusia lebih baik jika ditepati, misalnya membuat janji bisnis dan bayar hutang.  Kalau semua tepat maka bisnisnya makin baik dan  makin dipercaya oleh klien, bank, dan relasi.  Tapi, jika tidak ditepati maka bisa di persona non grata.
KETIGA, Janji Kasih. Janji ini sudah lebih mendalam, karena janji ini diikuti sumpah atau pengorbanan, siap susah, siap menderita asal bisa membahagiakan sesama. Janji ini seperti tujuh sakramen dalam Gereja Katolik. Janji ini juga sudah memerlukan saksi umum, umat, pastor, kitab suci. Sayangnya tidak ada Kanji Kasih yang menyebutkan sanksi, misalnya : perkawinan, aku mencintai kamu dalam suka dan duka, untung dan malang dan bla bla bla, kalau aku "melanggar" maka aku masuk Neraka!!  Nah, kalau ada sanksi mungkin agak galak, sehingga perkawinan lebih kekal, tapi tidak di buat oleh karena itu saya menyebutnya Janji Kasih karena dibuat atas landasan Cinta Kasih.
KEEMPAT,  Janji Dogmatis. Janji ini dibuat atas dasar dogmatid untuk melindungi kita.  Janji Abraham dengan Tuhan, janji para Nabi, janji kita (ikutin Credo), termasuk di dalamnya janji terhadap diri sendiri untuk taat terhadap Tuhan (taat seperti mayat),  Janji Kristus menemani kita sampai akhir jaman, janji dalam Kitab Suci (PL dan PB).  Janji ini mengangkat harkat martabat manusia dimana sebelumnya penuh dosa, berobah menjadi Anak Allah bahkan menjadi  Hak Ahli waris Surga.
Semua janji akan dimeterai oleh kemauan baik (Rp.6000 itu artinya berbuat baik untuk negara), namun ada juga janji negatif yang tidak saya sebut di sini mulai dari sembah berhala, black magic, janji dengan setan, janji kotor dan lain-lain.
Kiranya kita mengerti bahwa janji sekecil apapun membuat dunia ini jadi baik, oleh karena itu mari kita menghargai janji dan meletakkannya sebagai ungkapan kepercayaan dan harus kita penuhi janji tersebut. Buat kehidupan hari-hari, jangan terlalu mudah membuat janji untuk mengejar persona. Kata Insya Allah atau atas perkenan Allah indah adanya.

Tuhan memberkati hari Minggu buat anda dan keluarga semua.
Adharta

6 komentar:

  1. setuju sekali untuk tulisan bpk mengenai janji..kalau janji tidak disertai tanggung jawab untuk melakukannya apa jadinya dunia ini.

    BalasHapus
  2. setuju pak
    sebaiknya kita berpikir matang matang sebelum berjanji,apakah kita bisa menepatinya atau tidak.dan menghargai janji itu dan jangan berpikir tidak apa-apa jika tidak di tepati

    BalasHapus
  3. Saya pun setuju dengan Bapak. Apapun keyakinan kita, pasti kita dalam hati tidak akan menyangkal adanya kesakralan janji tersebut. Karena itu Saya selalu berusaha untuk tidak sembarang mengucapkan janji, karena Saya sadar janji merupakan sebuah hutang yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya.

    BalasHapus
  4. Janji juga merupakan sebuah hutang yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya :) jadi sebaiknya sebelum membuat janji berfikirlah dahulu.

    BalasHapus
  5. Jika kita sekali mengucapkan janji sebaiknya kita pun harus bisa memenuhi janji tersebut karena dibalik itu semua sebenarnya diri kita lah yang menjadi taruhannya. sekali kita mengingkari janji maka selamanya orang itu tidak akan bisa percaya lagi kepada kita. maka jangan pernah mengucapkan janji yang kita pun tidak tahu apakah bisa memenuhinya. oleh sebab itu belajar menjadi orang yang bertanggung jawab dalam setiap perkataan yang diucapkan itu sangat penting.

    BalasHapus
  6. janganlah kita mengucapkan janji kalo kita masih lum bisa memenuhi atau menyanggupi janji tersebut, karena setiap janji yang kita ucapkan berarti kita harus betanggung jawab dengan ucapan janji tersebut

    BalasHapus