Salam damai sejahtera
Siang ini saya akan mengikuti Misa
Perkawinan Adam, keponakan saya, di Gereja Santo Matias di Cinere. Rencananya
Misa konselebrasi 3 Uskup dan 5 pastor, termasuk Pastor Yance Mangkey, MSC.
Sebenarnya di dalam kehidupan kita,
hampir setiap hari kita tidak terlepas dari "Janji". Mulai
dari bangun pagi hari sampai kita tidur kembali. Tinggal
kita pilah-pilah janji kepada siapa. Sakramen
Perkawinan pun sebenarnya tidak lain tidak bukan adalah janji, walau mendekati
Sumpah karena melibatkan Umat, Pastor dan Tuhan sendiri melalui Kitab Suci.
Janji itu
sakral adanya! sekecil apapun janji itu
nilainya tinggi sekali, ada yang menyebut janji itu hutang, kalau hutang
artinya harus dibayar kecuali ngemplang atau lari atau kalau kebanyakan hutang
bisa bunuh diri. Seperti pekan lalu
seorang penjudi, kalah dan banyak hutang lalu meloncat dari lantai 56 Marina
Bay Sands, Singapura. Janji memang
menjanjikan baik dalam pengharapan baik atau buruk. Sakramen Perkawinan menjadi sakral dan indah
karena pengharapan, tapi banyak perkawinan gagal karena lupa janji : “Dalam
suka dan duka, dalam untung dan malang".
Kenyataannya semua jungkir-balik
jika janji tidak dipenuhi. Saya mencoba
membagi janji dalam 4 (empat) level menurut urut-urutan kehidupan manusia,
PERTAMA, Janji Iman. Janji ini dikeluarkan tanpa harus ada ikatan, hanya diri
sendiri yang tahu, dengan iman yang dipercayanya. Misalnya janji akan berbuat
baik, janji akan selalu ke gereja, janji membahagiakan diri atau keluarga,
janji mau nyumbang gereja, janji mau jaga para klerus!
KEDUA, Janji Persona. Janji ini dipakai manusia untuk membuat dirinya berbeda
dengan makhluk lain. Persona punya arti mirip topeng yang tampil
beda. Janji antar teman, janji bisnis, janji kunjungan, janji kampanye, janji keluarga. Kalau terlalu banyak akan disebut obral janji
semua dikeluarkan agar supaya manusia terlihat baik. Adanya setiap janji persona membuat kehidupan
manusia lebih baik jika ditepati, misalnya membuat janji bisnis dan bayar
hutang. Kalau semua tepat maka bisnisnya
makin baik dan makin dipercaya oleh
klien, bank, dan relasi. Tapi, jika
tidak ditepati maka bisa di persona non
grata.
KETIGA, Janji Kasih. Janji ini sudah lebih mendalam, karena janji ini diikuti
sumpah atau pengorbanan, siap susah, siap menderita asal bisa membahagiakan
sesama. Janji ini seperti tujuh
sakramen dalam Gereja Katolik. Janji ini juga sudah memerlukan saksi umum,
umat, pastor, kitab suci. Sayangnya tidak
ada Kanji Kasih yang menyebutkan sanksi, misalnya : perkawinan, aku mencintai
kamu dalam suka dan duka, untung dan malang dan bla bla bla, kalau aku
"melanggar" maka aku masuk Neraka!! Nah, kalau ada sanksi mungkin agak galak,
sehingga perkawinan lebih kekal, tapi tidak di buat oleh karena itu saya menyebutnya
Janji Kasih karena dibuat atas landasan Cinta Kasih.
KEEMPAT, Janji Dogmatis. Janji ini dibuat
atas dasar dogmatid untuk melindungi kita.
Janji Abraham dengan Tuhan, janji para Nabi, janji kita (ikutin Credo),
termasuk di dalamnya janji terhadap diri sendiri untuk taat terhadap Tuhan
(taat seperti mayat), Janji Kristus menemani kita sampai akhir jaman, janji
dalam Kitab Suci (PL dan PB). Janji ini
mengangkat harkat martabat manusia dimana sebelumnya penuh dosa, berobah
menjadi Anak Allah bahkan menjadi Hak Ahli waris Surga.
Semua janji akan dimeterai oleh
kemauan baik (Rp.6000 itu artinya berbuat baik untuk negara), namun ada juga
janji negatif yang tidak saya sebut di sini mulai dari sembah berhala, black
magic, janji dengan setan, janji kotor dan lain-lain.
Kiranya kita mengerti bahwa janji
sekecil apapun membuat dunia ini jadi baik, oleh karena itu mari kita
menghargai janji dan meletakkannya sebagai ungkapan kepercayaan dan harus kita
penuhi janji tersebut. Buat kehidupan hari-hari, jangan terlalu mudah membuat
janji untuk mengejar persona. Kata Insya Allah atau atas perkenan Allah indah
adanya.
Tuhan memberkati hari
Minggu buat anda dan keluarga semua.
Adharta
setuju sekali untuk tulisan bpk mengenai janji..kalau janji tidak disertai tanggung jawab untuk melakukannya apa jadinya dunia ini.
BalasHapussetuju pak
BalasHapussebaiknya kita berpikir matang matang sebelum berjanji,apakah kita bisa menepatinya atau tidak.dan menghargai janji itu dan jangan berpikir tidak apa-apa jika tidak di tepati
Saya pun setuju dengan Bapak. Apapun keyakinan kita, pasti kita dalam hati tidak akan menyangkal adanya kesakralan janji tersebut. Karena itu Saya selalu berusaha untuk tidak sembarang mengucapkan janji, karena Saya sadar janji merupakan sebuah hutang yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya.
BalasHapusJanji juga merupakan sebuah hutang yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya :) jadi sebaiknya sebelum membuat janji berfikirlah dahulu.
BalasHapusJika kita sekali mengucapkan janji sebaiknya kita pun harus bisa memenuhi janji tersebut karena dibalik itu semua sebenarnya diri kita lah yang menjadi taruhannya. sekali kita mengingkari janji maka selamanya orang itu tidak akan bisa percaya lagi kepada kita. maka jangan pernah mengucapkan janji yang kita pun tidak tahu apakah bisa memenuhinya. oleh sebab itu belajar menjadi orang yang bertanggung jawab dalam setiap perkataan yang diucapkan itu sangat penting.
BalasHapusjanganlah kita mengucapkan janji kalo kita masih lum bisa memenuhi atau menyanggupi janji tersebut, karena setiap janji yang kita ucapkan berarti kita harus betanggung jawab dengan ucapan janji tersebut
BalasHapus