Jumat, 08 Juni 2012

Jalan Tol


Salam damai sejahtera, 
Pagi-pagi  subuh saya dan istri berangkat menuju ke Bandung, untuk menghadiri dua pesta perkawinan sahabat di Kota Kembang itu. Di pagi hari udara segar sekali langit pun terang benderang dan jalanan kurang macet. 
Pada bulan Pebruari 2012 lalu, saya menghadiri sebuah seminar di Hotel Mandarin Jakarta, yang di selenggarakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Daerah DKI Jakarta.  Topiknya adalah "Solusi Kemacetan di Jalan Tol".  Sebetulnya saya adalah salah satu pembicara mendampingi bapak Menteri PU, namun saya tidak memberikan konfirmasi karena jadwal terbatas, tetapi last minute saya bisa, jadi saya hadir sebagai pendengar saja.  
Jalan tol atau jalan bebas hambatan di Jakarta selalu macet. Aneh! Kalau di luar negeri, bayar masuk tol sudah berarti aman dan bebas hambatan, dan pemakai jalan puas.  Kadang-kadang ada hambatan kalau ada accident.  Sebaliknya, bayar  masuk tol di Jakarta memicu stress karena macetnya menyesakan, jalan tidak aman, rambu-rambua tidak jelas, cuma sekali-kali lancer.  Apa lagi kalau long week end Jakarta kosong dan mobil tumpah ke jalan tol.  
Dalam seminar tersebut ada beberapa solusi, antara lain membatasi kendaraan masuk tol, membatasi Exit dan Entrance gate.  Masih ada beberapa masalah yang diberikan para nara sumber. Yang menarik buat saya bahwa Jalan Tol adalah bebas hambatan jadi seharusnya tidak boleh macet atau tidak ada hambatan apapun yang bisa menyebabkan kemacetan di jalan. Sebab, kita membayar tol agar kita dapat keistimewaan bukan disuguhkan adegan macet dan seringnya kecelakaan atau mobil mogok di jalan. Pagi ini saya menyaksikan tujuh tabrakan beruntun di KM 88 Cipularang sampai KM 99. Kondisi mereka cukup parah. Saya menduga penyebabnya adalah kurangnya rambu ditambah orang masih ngantuk di pagi hari.   
Membangun jalan tol seperti juga kita membangun GEREJA.  Gereja adalah Jalan Tol kita menuju Nirwana Loka, Swarga. Tetapi kalau kita membangun Gereja tanpa perencanaan dan tiada pengaturan maka akan sama halnya dengan membangun jalan tol di Jakarta.  Artinya jalan alternatif atau jalan biasa dipilih karena mungkin lebih cepat sampai.                                                                                                                      Persis halnya saat kita membangun iman.  Kita juga memerlukan perencanaan bahkan harus membuat Master Plan secara baik.  Dalam hati saya kok semua disamakan dengan kemacetan di jalan tol. Kebetulan sekarang saya di Jalan Tol Cikampek dan sedang macet total.
Iman kepercayaan juga merupakan jalan tol Doa-Doa kita agar bisa sampai ke Bapa di Surga. Tetapi beruntunglah mereka yang tidak beriman, tapi bisa sampai duluan, seperti kata Yesus Kristus di kayu salib kepada penyamun di sampingnya.  “Hari ini juga engkau bersama-Ku di Surga.” (ini jalan tol). Lalu apa kemacetan yang kita hadapi dalam membangun Iman Kepercayaan kita. Ada banyak escape clause (kambing abu-abu istilah saya) sebagai penyebabnya sehingga kita kadang-kadang tersamar atau tertutupi olehnya sehingga kita tidak melihat inti permasalahannya.  Perceraian, misalnya, adalah kecelakaan di jalan tol (bagi orang Katolik kan tidak mungkin cerai, macet tapi toh macetnya banyak).   Alasannya tidak cocok! 
Tuhan membangun jalan tol buat kita dengan segala kemudahan. Sebaliknya, kita membuatnya macet karena kita tidak disiplin. Kita tidak mampu membaca rambu-rambu.  Kita  tidak memelihara tubuh, jiwa dan roh kita (kendaraan kita).  Konsekuensinya adalah kita lambat dan tersendat macet.               
Sahabat semua, kita berada di jalan tol karena pembaptisan.  Oleh karena itu, berhati-hatilah mengemudi. Iman dan kepercayaan kita harus diselamatkan sampai kita tiba di tujuan.     

Tuhan  memberkati                                      
Adharta

2 komentar:

  1. kemacetan selalu terjadi dimana-mana pada ibukota jakarta ini, seandainya pola pikir setiap orang dapat menerapkan "give and take" bukan "take and give", mungkin kemacetan jakarta dapat dikurangi. dalam setiap hal lain pun sama, seandainya kita memberi terlebih dulu, maka orang lain pun akan memberikan kembali kepada kita. begitu pula kepada Tuhan, dengan berusaha dan berdoa serta bersyukur, maka kita akan diberikan berkat oleh Tuhan.

    BalasHapus
  2. Menurut saya, jalan tol macet dikarenakan kondisi dari pintu keluar jalan tol yang biasanya dekat dengan lampu merah, atau juga angkutan-angkutan umum yang menunggu penumpang atau istilahnya "ngetem". Hal ini yang menjadi penyebab kemacetan.
    Banyaknya angkutan umum, atau menunggu lampu merah, menjadi salah satu penyebab dari kemacetan. Solusi yang dianjurkan adalah jumlah dari angkutan umum dikurangi, dan juga timing waktu dari lampu merah diperhatikan. Karena tidak jarang saya menemukan lampu merah yang membuat kita menunggu hingga 3 menit lebih, tetapi saat lampu hijau, waktu yang diberikan hanya 90 detik. Tidak sesuai dengan lamanya menunggu lampu merah.

    BalasHapus