Kamis, 19 Juli 2012

Guru dari Surabaya


Salam bahagia pagi hari,                                                                                                                                               
           Seorang sahabat karibku mengirim sebuah lagu lewat BBM judulnya "Indah rencana-Mu".  Hampir setiap hari aku mendengarnya. Sebab lagu itu kujadikan ringtone di handphone, sebagai alarm setiap pagi untuk membangunkanku. Sebagai pembuka kidung-kidung yang mengawali doa pagiku. Bahkan kadang sebagai musik penghantar tidurku sampai ke peraduan mengiringi mimpi-mimpiku sampai fajar merengut pagi. 
            Beberapa bulan lalu aku ke Surabaya. Aku menyempatkan diri makan Lontong balap, makanan khas Surabaya yang menjadi kegemaranku (di Jakarta tidak ada).   Jualannya persis di depan sekolahku SMA Frateran.  Aku memandang gedung sekolah yang sudah cukup tua (didirikan tahun 60-an).  Sekilas lewat seorang ibu tua sekali, masih memikul tas cukup berat memasuki Gedung Gereja Santa Perawan Maria Jalan Kepanjen, samping persis sekolahku (aku mau cari toilet sehabis makan).
         Aku mencoba menghampiri nenek tua ini.  Rasanya aku kenal.  Memang aku kenal karena 3 tahun bersama dia. Ia mengajarku. Ia guruku. Guru Kimia.  Orang yang cukup dekat denganku. Aku mendekatinya.  Aku membelainya. Matanya sudah rabun. Badannya kurus kering tapi masih memikul beban berat jualan kue dan krupuk. Timbul sifat nakalku menggodanya dengan mengagetkannya, tapi dia tidak terlalu terkejut (mungkin sudah agak tuli -aku juga sekarang agak budeg -kurang pendengaran).   
           Dia coba memandangku dengan menatap wajahku.  Semenit kita saling memandang tapi kelihatan dia sudah lupa.  Aku kasihan juga membuatnya berpikir. Akhirnya aku memperkenalkan diriku. Dia tidak banyak berkata-kata tapi airmatanya keluar dan senyumnya menghias wajahnya. Lalu aku mengajak duduk dan mulai bercerita dan kita bernostalgia.  Hal yang menarik adalah dia mengatakan bahwa sungguh indah hidup ini baginya.  Busyet dalam hati aku mikir kok lagi susah dan tua masih bekerja tapi masih bisa mengatakan sungguh indah hidup ini.  Setelah beberapa saat berbincang akupun meninggalkannya sembari  tidak lupa kusisipkan sedikit buat beliau. 
           Tapi sampai pulang kembali ke Jakarta aku masih mengenang kata-katanya : "Sungguh indah hidup ini".  Aku belum bisa mengerti, bahkan lagu " Indah RencanaMu " yang setiap hari kudengarpun tidak bisa menjelaskan.  Lama-lama daripada aku pusing aku coba melupakannya.  Biar aku urus diriku, siapa tahu dalam hidupku juga indah adanya.                                                                                                             
         Kemarin dulu aku ke Surabaya berdua dengan pak Soetadi sahabatku.   Mulai dari booking tiket, hotel, dan lain-lain ada masalahnya. Tapi, untungnya di atas pesawat Garuda duduk berdampingan dengan Jupe (Julia Perez) dan pulang kembali ke Jakarta dengan penuh suka cita.   Dalam hatiku aku di berkati karena naik pesawat duduk di no 1. Dapat hiburan cerita-cerita Jupe.  Semua kerjaan lancar.  Dalam hatiku berbisik memang Indah rencana-Mu Tuhan  di dalam hidupku !!  
            Tapi apa yang dialami guruku, walau sudah tidak menjadi guru dia tetap menggurui aku. Walau aku tak mengerti tapi membuat hatiku bergetar.  Aku merasa indah hidupku,  karena aku hidup senang, dipenuhi segalanya.  Bagaimana dengan saudara-keluarga-sahabat dan manusia lainnya yang hidup susah, seperti guruku.  Di hari tuanya masih harus mencari sesuap nasi.  Di saat mata rabun, tubuh renta, telinga tuli masih mengatakan hidup ini sangat indah (bukan indah tapi sangat indah).  Air mata pun tidak bisa melukiskan.
            Sampai pagi ini pun aku tidak mengerti. Hidup ini memang indah tergantung siapa yang mencintai Tuhan tidak perlu menunggu waktunya (indah pada waktunya ) tapi sekarang juga memang indah bagi orang yang hidup dalam KasihNya. Indah rencana-Mu Tuhan di dalam hidupku!! Walau aku tak mengerti apa yang terjadi, tapi hatiku tetap bernyanyi, suka-duka, susah-senang, untung malang bukan lukisan hidup, tapi hanyalah kiasan dan bingkai hidup, dengan demikian semua menjadi indah adanya. 
          Tuhan memberkati semua guruku di mana kapan dan rentang waktu.  Terima kasih guruku dan siapa saja yang mengguruiku.  Terima kasih sahabatku yang mengirimkan aku lagu Indah rencana-Mu Tuhan (yang juga membaca tulisan ini).  Terima kasih semua sahabat, teman kantor, teman sekolah, teman gereja.  Teman di mana saja.   Kalian semua adalah GURUKU, istriku, anakku,  cucuku, mantuku, besanku.  Kalian semua guruku.


Salam dan Doa 
Adharta

2 komentar:

  1. Memang semua itu indah pada waktunya. Kita harus tetap bersyukur dalam menghadapi terhadap apapun yang berikan oleh Tuhan agar diberikan keindahan dan anugrah yang lebih dari Tuhan pada waktunya.

    BalasHapus
  2. Hidup pasti indah pada waktunya, selama kita masih percaya pada Tuhan, kita pasti akan memperoleh kebahagiaan yang kekal dan selamanya

    BalasHapus