Minggu, 22 Juli 2012

Single Parent

Hari Minggu tentu sangat indah,
Buat seorang ibu, atau seorang ayah, yang harus merawat anak-anak dan mengurus rumah tangga sendiri atau kita sebut Single Parent (bahasa Indonesia saya tidak tahu).   Setiap insan yang menjadi Single parent, baik diakibatkan cerai, meninggal, atau tugas jauh,  tentu mengalami masalah ini. Bagi Single Parents masalah terberat adalah : membesarkan anak dengan kondisional, tidak trauma atau bahkan menjadi anak yang penuh dendam.   Masalah lain seperti ekonomi, keuangan, kesendirian, kesepian, dan mengurus rumah hampir bisa diatasi.  Apa lagi kalau sanak keluarga orang mampu, maka tidak ada masalah yaang jadi kendala.
Kehidupan Single Parent, mengalami banyak tekanan, baik nilai sosial, kedudukan, sampai kepada status.   Saya pernah mengikuti mahasiswa psikolgi UI untuk mengadakan research tentang kehidupan Single Parent. Hasilnya memang secara sadar atau tidak sadar penuh dengan fenomena dan trauma, walau penampilan di luar kelihatan normal saja.
Mimi, seorang sahabat saya di SMA, menikah dengan teman sesama SMA. Merela memiliki 3 anak laki-laki.  Dalam perkawinan yang berjalan baik dan bahagia, di hari-hari akhir harus mengalami masalah.  Kini, sudah lebih 6 tahun Mimi harus hidup sebagai ibu sekaligus ayah.  Ia mendidik dan merawat anak-anak yang menginjak dewasa semua.
Buat Mimi, untuk dirinya sendiri tidak jadi masalah ditinggal, tapi anak-anak sangat mengalami masalah.  Walau dua anaknya sekarang sudah di Singapura, seorang lagi di Jakarta juga sudah masuk kuliah, tapi Mimi bisa melihat bahwa kehidupan anak-akak ada masalah cenderung trauma berat.
Saya menambahkan dalam sharing dengan Mimi bahwasannya hidup kita harus memiliki empat fase :
1.          Fase Memiliki
2.          Fase Menjalani
3.          Fase Menikmati
4.          Fase membebani
Sungguh sebuah berkat besar bagi para Single Parent karena bisa mengatasi fase-fase kehidupan itu.  Bagi keluarga-keluarga yang mengalami masalah tentu sangat berat untuk melewati fase ini apalagi ada trauma yang membebani. Kita semua berdoa, karena kekuatan keluarga adalah berada dalam keikutsertaan dan komunikasi.  Dengan mempertahankan keutuhan keluarga kita semua sudah berpartisipasi membangun dunia yang penuh dengan suka cita
Mari kita berdoa kepada semua para Single Parent supaya kuat, tabah dan sanggup melewati fase kehidupan dalam kesendirian.

Tuhan memberkati
Adharta

5 komentar:

  1. Saya sangat menghargai dan kagum jika melihat kegigihan dan ketangguhan mental yang dimiliki oleh seorang single parent. Mereka harus dapat mengatur kehidupan mereka agar dapat tetap mencari nafkah sekaligus merawat anaknya agar anak tersebut tumbuh dengan kondisi mental yang sehat. Menurut saya hal tersebut sangat sulit untuk dilakukan.

    BalasHapus
  2. Untuk menjadi seorang single parent tentunya bukanlah sebuah pilihan namun sesuatu yang mau tidak mau harus diterima. sangat luar biasa beban yang harus ditanggung seorang single parent karena tentu tidaklah mudah menjadi seorang single parent karena selain harus merawat dan membesarkan anaknya seorang diri harus dapat memberikan kasih sayang yang sama dengan keluarga-keluarga lain yang utuh.

    BalasHapus
  3. SIngle parent suatu beban yang sangat berat, kesabaran dan kekuatan dalam diri sangat di perlukan. Ditambah dia harus menghadapi pertanyaan sang anak nantinya, dimana ayah atau ibu saya? peran saya sebagai anak laki-laki atau perempuan seperti apa? dia menghadapi berbagai macam peligai pertanyaan anak itu sendiri tanpa ada pendamping. Mengangkat beban tanggung jawab sendiri.

    BalasHapus
  4. Sejujurnya saya salut dengan orang tua yg bisa menjadi single parent. Karena semua keputusan harus di ambil sendiri dalam membesarkan anak, yang pasti butuh kasih sayang kedua orangtua secara lengkap. Dan beban yang mereka tanggung juga sanggatlah berat. Maka saya bersyukur karena masih memiliki orang tua yang lengkap yg masih bisa saling berbagi.

    BalasHapus
  5. single parent adalah sesuatu hal yang sangat berat dan menurut saya cukup terbebani karena pasti akan nambah kebutuhannya dan hanya seorang diri dalam merawat anak kita, apalagi kita kalau sedang bekerja, pasti akan sangat merepotkan dalam merawat anak sampai dititipin anaknya ke tetangga.

    BalasHapus