Kamis, 19 Juli 2012

Pembantu Rumah Tangga


Salam bahagia,
Anak keduaku Dirga dan istrinya Intan, cucu paling besar Freyja Calissta dan yang kecil Aurelia Iris dan kini menantuku sedang mengandung anak ketiga. Mereka tinggal di Melbourne Australia. Dalam kehidupan sehar-hari anakku kerja dan istrinya jaga anak-anak di rumah sekaligus membersihkan rumah, mencuci baju dan jadi sopir.  Aneh kok tidak mau pakai pembantu rumah tangga (Maid)? Jawaban memang tidak boleh, karena menurut undang-undang di bawah negara Australia bahwa pembantu itu termasuk tindakan  perbudakan dan sanksinya berat.
Pembantu rumah tangga (PRT) di Indonesia lain ceritanya.  Undang-undang untuk mengaturnya belum ada.  Orang mau pakai berapa saja boleh, asal bayar bahkan ada yang suka menyiksa (masih seperti jamannya kekaisaran Romawi).
Tetapi sungguh berbahagialah mereka yang hidup di Asia, khususnya di Indonesia.  Kita semua masih boleh memakai PRT dan tidak perlu merasa melanggar hukum seperti di Australia.
Memasuki masa puasa dan mendekati lebaran, semua ibu rumah tangga pasti dag dig dug. Mengapa?  Hampir semua PRT akan mudik (dan mungkin tidak kembali). Pemerintah daerah pun pusing.  Sebab lalu lintas mudik membuat masalah musimam yang aku. Transportasi bermasalah.  Jalan di Pantura macet.  Penyeberangan tersendat.   Jakarta pun sepi.  Buat para ibu yang amat bergantung pada PRT, bisa menggunakan jasa Infal (pengganti pembantu antar waktu, kaya anggota parlemen saja- asal bayar doble)
Manusia, memang mahluk istimewa, karena ingin melayani tapi juga ingin dilayani.  Di jaman dulu bahkan kekayaan seseorang dinilai dari banyaknya pembantunya.
Bagi kita tidak ada kata lain selain Terima Kasih.  Selama setahun penuh kita dilayani oleh pembantu kita.  Saat puasa dan lebaran mereka akan pulang kampung. Bersilaturahmi, beranjangsana dan bertemu keluarganya di kampung.  Tentu sebagai ungkapan terima kasih buat mereka bisa bermacam-macam.  Mulai dari THR, hadiah, ajak jalan-jalan ke Dufan, Taman Mini  atau  membelikan pakaian atau hadiah.  Semuanya itu sebagai ungkapan terima kasih sekaligus membuat mereka nyaman bersama kita.  Buat Pembantu yang tidak memiliki keluarga (yatim piatu) mungkin perlu lebih diistimewakan.Bagi keluarga yang tidak memakai jasa PRT hal ini tidak terlalu istimewa, dan sudah biasa dikerjakan semuanya sendiri.
Keuskupan Agung Jakarta pernah mengajak seluruh umat Katolik di Jakarta untuk memberi sedikit perhatian lebih kepada Pembantu Rumah Tangga. Bagi Pembantu yang sudah bekerja diatas 5 tahun, kondisinya lain lagi.  Di mana hubungan sudah seperti keluarga.   Alkisah suatu saat ada keluarga di lingkungan.  Mereka mengantar pembantunya pulang kampung (dan tidak kembali lagi karena akan kawin).  Di airport suasana haru sekali semua menangis berpelukan seperti perpisahan dengan keluarga dekat.
Kasih Tuhan, juga di pancarkan melalui pelayanan PRT buat kita.  Rumah bersih, pakaian bersih, makanan tersedia sungguh merupakan berkat luar biasa.
Semoga para keluarga mau meluangkan sedikit perhatian sebagai ungkapan terima kasih, syukur dan berkat yang kita terima dari para Pembantu Rumah Tangga
Tuhan memberkati dan melindungi kita semua

Salam dan doa
Adharta

5 komentar:

  1. Saya sangat risih jika melihat seorang pembantu diperlakukan semena-mena oleh majikannya. Mungkin hal tersebut menjadi penyebab saya tidak suka menonton acara sinetron ala Indonesia. Pembantu seharusnya diberikan nilai yang lebih karena mereka telah membantu sangat banyak agar kehidupan kita terus berjalan dengan nyaman.

    BalasHapus
  2. Sudah seharusnya kita sebagai orang menghargai para pembantu rumah tangga. walaupun dimata kita terkadang pekerjaan seorang pembantu adalah pekerjaan rendahan. namun tanpa kita sadari jika tanpa mereka kita akan kewalahan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

    BalasHapus
  3. Pembantu itu jasanya besar, tak ada mereka bagaimana nasib para istri kantoran? bagaimana nasib anak-anak yang ibunya sibuk diluar rumah.
    Dia juga membantu ibu rumah tangga yang tidak ulet, membagi beban ibu rumah tangga.

    BalasHapus
  4. Pembantu rumah tangga itu memang pekerjaannya hanya menjadi babu, namun mereka sama darajatnya dengan kita. Atau bahkan mereka lebih mulia, karena mereka mengerjakan pekerjaannya dengan penuh ikhlas. Dan mereka sangat di butuhkan oleh orang-orang di kota besar apa lagi kota Jakarta yang para wanitanya kebanyakan wanita karir.

    BalasHapus
  5. seharusnya kita sebagai orang menghargai para pembantu rumah tangga. walaupun dimata kita terkadang pekerjaan seorang pembantu adalah pekerjaan rendahan. namun tanpa kita sadari jika tanpa mereka kita akan kewalahan dalam melakukan pekerjaan sehari-hari
    Pembantu itu jasanya besar, tak ada mereka bagaimana nasib para istri kantoran? bagaimana nasib anak-anak yang ibunya sibuk diluar rumah.
    Dia juga membantu ibu rumah tangga yang tidak ulet, membagi beban ibu rumah tangga.

    BalasHapus